KABARNUSANTARA.NET, BANJARBARU – Sepekan terakhir harga telur mengalami kenaikan hingga Rp33 ribu/kg. Hal ini dipicu kenaikan harga pakan dan berkurangnya produksi telur.
Peternak ayam petelur di Jalan Abadi III Kelurahan Guntung Manggis, Melisa Novianti mengatakan, selain harga pakan, berkurangnya telur lantaran ayam berumur lebih 2 tahun.
“Memang saat ini harga telur naik karena populasi berkurang disebabkan banyaknya ayam apkir,” ungkapnya.
Apkirnya ayam, kata Melisa sangat berpengaruh pada produksi telur. Hal ini juga yang mengakibatkan kandang harus dikosongkan dan diganti dengan ayam baru.
“Kandang kosong, mengakibatkan suplai kosong hingga mengakibatkan naiknya harga telur,” katanya.

Sementara, harga pakan yang Ia pakai sendiri naik Rp. 200 per kg, yang saat ini harga Rp. 8.300 perkilogramnya.
“Biaya pakan hampir 80 persen dari biaya operasional, sedangkan sisanya untuk obat-obatan,” bebernya.
Lebih lanjut, faktor cuaca memasuki musim kemarau juga mempengaruhi peternakan. Selain mempengaruhi ukuran telur karena kepanasan nafsu makan kurang, juga terjadi peningkatan pada kematian ayam di kandangnya.
“Biasanya (antisipasi) kami mulai penyemprotan disiang hari untuk ayam guna tidak terlalu kepanasan,” ujarnya.
Menurutnya, harga telur ini sebenarnya sudah mengikuti harga nasional. Namun, ada saja pedagang yang memainkan harga di pasaran akibatnya harga sangat meroket.
“Kalau kami (peternak) bilang yang nakal ini pedagang sendiri, mereka ingin untung lebih gede, sebenarnya standar kalau ingin untung Rp. 2 ribu jadi seharusnya Rp. 31 ribu per kg, namun saat ini ada yang Rp. 33 ribu per kg dengan alasan telur sulit, padahal mereka yang mengadakan harga sendiri,” tandasnya. (kn/ibnu)